Platipus adalah hewan yang penasaran dalam banyak hal. Ini adalah satu-satunya anggota yang masih hidup dari genusnya (Ornithorhynchus) dan familinya (Ornithorhynchidae). Fakta itu saja yang membuatnya unik. Lagi pula, tidak ada perbandingan untuk menggambar. Ternyata pola makan spesies itu sama-sama berbeda dari apa yang dimakannya hingga cara mencerna makanannya.
Platipus hampir terancam, menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), dengan perkiraan 30.000–300.000 individu. Ini adalah hewan darat, dengan umur sekitar 12 tahun. Ini adalah hewan air, dengan beberapa adaptasi gaya hidup ini. Ia memiliki bulu tahan air untuk membantu menjaga suhu tubuhnya dan mempertahankan daya apung.
Hewan-hewan ini dapat berada di bawah permukaan untuk waktu yang singkat. Fakta ini memberikan petunjuk berharga tentang apa yang dimakan platipus di habitat aslinya, yaitu berbagai makanan, mulai dari telur ikan hingga udang hingga ikan kecil.
Habitat di Alam Liar
Langkah pertama untuk memahami apa yang dimakan platipus adalah mengetahui di mana ia tinggal dan apa yang tersedia sebagai makanan. Spesies ini memiliki jangkauan terbatas yang hanya mencakup pantai timur Australia, selatan hingga Tasmania. Habitat yang disukai adalah lahan basah pedalaman. Ini adalah hewan nokturnal karena merupakan spesies mangsa. Dingo, rubah, elang, dan manusia termasuk di antara predatornya.
Platipus memiliki wilayah jelajah yang relatif kecil sekitar 0,14–0,25 mil persegi atau 89–172 hektar. Itu masuk akal dari perspektif evolusi. Lahan basah adalah lingkungan yang sulit untuk dilintasi. Hal yang sama berlaku untuk hewan lain yang hidup di tempat tersebut. Kita dapat menduga bahwa ia memiliki kepadatan mangsa yang padat sehingga semua spesies dapat menghemat energi saat mengumpulkan makanan.
Diet
Kita bisa mulai dengan menyatakan bahwa platipus adalah karnivora. Mereka adalah bagian dari kelompok mamalia bertelur atau monotremata. Fakta itu mungkin menandakan kebutuhan biologis yang berbeda, yang ternyata memang demikian. Anehnya, Platipus, seperti ikan teleost seperti ikan mas, tidak memiliki perut. Para ilmuwan berspekulasi bahwa itu sebagian karena fakta bahwa ia tidak membutuhkan enzim lambung yang dapat dihasilkan oleh organ tersebut.
Platipus adalah hewan air yang memakan makanan yang memiliki preferensi habitat yang sama. Para peneliti menduga bahwa lingkungannya dengan tanah berkapurnya menciptakan kimia air alkali membuat bahan kimia ini menjadi titik diperdebatkan. Fakta itu mungkin juga menjelaskan mengapa hewan ini adalah karnivora yang tidak memakan tumbuhan apa pun. Bahan makanan ini membutuhkan lebih banyak enzim untuk memecah dinding sel tanaman untuk dicerna.
Sebaliknya, platipus memakan berbagai macam makanan, mulai dari telur ikan hingga udang hingga ikan kecil. Anehnya, hewan tersebut mengonsumsi banyak makanan, mengingat preferensi makanannya. Kami biasanya mengasosiasikan makanan herbivora dalam jumlah besar dengan pencernaannya yang cepat, bukan karnivora. Ini juga menghabiskan banyak waktu untuk mencari makan, yang tidak biasa bagi pemakan daging. Seringkali, tingkat keberhasilan berburu rendah, sehingga membutuhkan waktu ini.
Platipus tidak berani keluar dari lingkungan perairannya untuk mencari makan. Ia menemukan semua yang dibutuhkannya di danau, lahan basah, dan sungai tempat tinggalnya. Spesies ini juga unik dalam cara mengumpulkan mangsa. Ia berdiri unik sebagai mamalia berbisa. Toksisitasnya cukup untuk membunuh hewan kecil. Meskipun tidak akan membahayakan manusia, ia akan meninggalkan kesan abadi dengan rasa sakit luar biasa jika tersengat taji di kaki belakangnya.
Faktor yang Mempengaruhi Makanan Platipus
Platipus menghadapi banyak ancaman lingkungan yang sama dengan spesies lain. Pembangunan dan pertanian menghadirkan risiko abadi. Karena merupakan hewan akuatik, apapun yang dapat mempengaruhi kualitas air dapat merusaknya, termasuk limpasan air permukaan, kekeringan, dan banjir. Hal yang sama berlaku untuk spesies mangsa yang menjadi makanannya, yang bahkan lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan.
Perubahan iklim juga berdampak pada platipus dan spesies lainnya. Hal itu telah mendorong pemerintah Australia untuk bergerak maju dengan langkah-langkah perlindungan yang lebih ketat dan pengembangan suaka untuk menyelamatkan hewan unik ini karena ancaman kepunahan semakin dekat.
Pemikiran Terakhir
Platipus adalah hewan yang menarik bukan hanya karena imutnya. Hewan ini juga merupakan penghubung ke masa lalu kuno dengan penampilannya yang aneh dan ketergantungannya pada lingkungannya. Ini juga merupakan pemakan oportunistik yang memanfaatkan apa yang dapat ditemukannya di lingkungannya. Sifat itu mungkin merupakan anugrah penyelamat hidup saat menghadapi ancaman perambahan dan kepunahan habitat.