Pernahkah Anda memperhatikan bahwa di antara burung-burung dari spesies yang sama, beberapa menampilkan warna yang mencolok sementara yang lain memiliki bulu yang lebih kusam? Ini disebut dimorfisme seksual dan merupakan fenomena yang biasa ditemukan di dunia hewan, termasuk beberapa spesies burung. Misalnya, Eurasia Bullfinch1jantan memiliki perut oranye-merah muda sedangkan betina berwarna coklat muda; burung pegar berleher cincin2 memiliki warna biru, hijau, dan merah di kepala, terkadang kerah putih dan bulu yang dominan merah, sedangkan burung pegar betina lebih berwarna coklat pekat. Jadi, beberapa burung jantan menunjukkan warna cemerlang selama musim kawin, sedangkan betina pucat dibandingkan dengan bulu abu-abu atau coklatnya.
Alasan Dimorfisme Seksual
1. Burung menggunakan warna cerah bulu mereka sebagai alat rayuan
Orang kemudian dapat bertanya-tanya mengapa perbedaan seperti itu diamati antara kedua jenis kelamin pada burung. Salah satu alasan yang dapat menjelaskan hal ini adalah konsep seleksi seksual, yang dikemukakan oleh bapak teori evolusi, Charles Darwin.
Seleksi seksual, singkatnya, adalah salah satu komponen seleksi alam. Tapi, tidak seperti yang terakhir, seleksi seksual tidak terkait langsung dengan kelangsungan hidup, melainkan kemampuan individu untuk bereproduksi. Kemampuan untuk bereproduksi, dan karena itu untuk memastikan keturunannya, tergantung, antara lain, pada perkembangan karakteristik fisik (seperti bulu) tetapi juga karakteristik perilaku (seperti bernyanyi atau mengetahui cara membangun sarang yang baik) pada pejantan. Ciri-ciri ini sangat penting bagi betina untuk setuju kawin dengan jantan.
Dalam kasus burung berwarna cerah, pejantan dapat lebih baik "merayu" pasangannya dan "mengusir" saingannya. Contoh yang paling terkenal adalah burung merak, yang menampilkan ekornya yang indah dengan warna-warna berkilauan untuk merayu betina sekaligus mengesankan saingannya.
Yang jantan memilih dan yang betina memilih.
Menurut Darwin, wanita mencari karakteristik pada pasangannya yang menunjukkan bahwa dia adalah yang terkuat dan mampu bertahan di lingkungannya. Jadi, jika mereka kawin dengan pejantan yang tepat, keturunan mereka akan memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup.
2. Paradoks warna: warna cerah juga membuat burung lebih rentan terhadap predator
Ada tangkapan dengan menampilkan warna mencolok: itu membuat pejantan lebih rentan terhadap predator dan menimbulkan risiko bagi kelangsungan hidupnya, yang bertentangan dengan teori seleksi alam Darwin. Memang, jika betina mencari jantan dengan susunan genetik terbaik untuk memastikan keturunannya memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup, lalu mengapa memilih jantan yang paling terlihat oleh pemangsa?
Dengan kata lain, bagaimana kita menjelaskan munculnya ciri-ciri seksual spektakuler (warna cerah) yang tampaknya bertentangan dengan seleksi alam?
Menurut prinsip cacat yang dikembangkan pada tahun 1970-an oleh ahli biologi Amotz Zahavi, betina akan menafsirkan warna cerah bulu jantan sebagai bukti kekokohan dan kesehatan yang baik. Jadi, jika terlepas dari tampilan yang mahal dan mewah ini (yang membuat jantan berwarna lebih rentan terhadap pemangsa) jantan ini masih hidup, maka ini berarti bahwa mereka adalah yang paling kuat dan oleh karena itu menjadi calon induk terbaik.
Pertimbangan Lain
Faktor lain yang perlu diingat adalah bahwa cara burung memandang kita berbeda dengan cara mereka memandang satu sama lain. Ini karena spektrum visual kita berbeda dengan spektrum burung. Misalnya, burung bisa melihat panjang gelombang UV sedangkan kita tidak bisa. Mereka juga jauh lebih baik dalam membedakan antara dua warna yang mirip (jika dibandingkan dengan manusia). Ini adalah bagian dari alasan mengapa banyak spesies burung dapat mengidentifikasi jenis kelamin anggota suatu spesies tanpa dimorfisme seksual yang jelas dari sudut pandang kami.
Pemikiran Terakhir
Singkatnya, beberapa burung jantan menampilkan warna-warna indah terutama untuk merayu betina, bahkan jika itu membuat mereka lebih terlihat oleh pemangsa. Warna bulu yang cerah juga dapat berfungsi untuk membedakan individu antar spesies dan mengesankan saingan. Dengan demikian, konsep seleksi seksual Darwin membantu menjelaskan alasan utama di balik dimorfisme seksual burung (sehubungan dengan warna), tetapi masih banyak yang harus dipelajari tentang pertunjukan pacaran burung.